Menjaga Kewarasan Akal

Bedah Buku “Saring Sebelum Sharing” Bersama Gus Nadir

Prof. Nadirsyah Hossen sedang menyampaikan isi buku ' Saring Sebelum Sharing'
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Senin(11/03/19). Laboratorium  Studi al-Qur’an dan Hadis (LSQH) UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan penerbit Bentang Pustaka, Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan Prodi Ilmu Hadis kembali mengadakan acara bedah buku. Kali ini, buku yang dibedah berjudul “Saring Sebelum Sharing” yang merupakan karya terbaru dari Prof. Nadirsyah Hosen. Acara yang berlangsung di Gedung Convention Hall UIN Sunan Kalijaga ini disambut dengan sangat antusias oleh para hadirin, terlihat dari kursi yang terisi penuh, bahkan sebagian peserta rela duduk di bawah lantaran tidak kebagian kursi. Selain Gus Nadir –begitu sapaan akrabnya- selaku penulis buku, acara ini juga menghadirkan dua orang pembedah, yaitu Dr. Ali Imran, M.Si yang merupakan dosen tetap di Prodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga, dan Fadhli Lukman, M.Hum, seorang mahasiswa Ph.D di Albert Ludwigs University Germany, sekaligus dosen luar biasa di Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga.
Acara dimulai pukul 09.30 WIB. Diawali dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an dan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Dr. Abdul Mustaqim, M.Ag selaku Kaprodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga. Di sela-sela sambutannya, beliau memberi sedikit penjelasan bahwa saring sebelum sharing ini merupakan bahasa lain dari tabayyun yang dijelaskan dalam al-Qur’an QS. Al-Hujurat: 6. Beliau juga mengapresiasi lahirnya buku ini, “buku ini penting dan sangat berkontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa, sekaligus menjadikan kita lebih bijaksana” tuturnya. Selanjutnya, Salman Faridi selaku CEO Bentang Pustaka juga turut memberi sambutan. Beliau mengatakan bahwa 4 bulan terakhir ini memang penyebaran berita hoax meningkat, terutama menjelang pilpres, bahkan orang alim sekalipun, juga turut menyebar berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Maka dari itu, beliau sangat menyambut baik terbitnya buku “Saring Sebelum Sharing” karya Gus Nadir ini.
Selanjutnya masuklah ke acara inti yaitu bedah buku yang dimoderatori oleh Aida Hidayah, M.Hum -dosen prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir sekaligus pengurus LSQH-. Setelah memberi sedikit pengantar, langsung saja beliau mempersilakan narasumber untuk menyampaikan materi. Gus Nadir selaku pembicara pertama, beliau banyak memberikan informasi terkait buku yang ditulisnya tersebut. Menariknya, buku ini ternyata kumpulan dari tulisan-tulisan beliau di media sosial, seperti facebook dan twitter. Beliau juga mengatakan bahwa buku ini merequest kembali teladan-teladan yang diberikan Nabi, para sahabat, serta ulama salafussaleh. “Dahulu para ulama sangat berhati-hati dalam menyebar berita,harus mengecek sanad, matan, hingga dibikin klasifikasi shahih, hasan, atau dhaif misalnya. Namun, sungguhpun begitu, masih banyak juga yang membuat dan menyebar hadis maudhu” jelasnya.
Fadhli Lukman selaku pembicara kedua sekaligus pembedah, beliau mengaku sangat menikmati sekali tulisan-tulisan Gus Nadir dalam buku ini. Beliau merasa buku ini seperti kitab sirah dan kitab hadis, “saya membaca buku ini seperti membaca kitab sirah dan kitab hadis, di dalamnya banyak sekali membahas hadis-hadis dan perjalanan hidup Nabi Muhammad” ungkapnya. Di samping itu, beliau juga mengatakan bahwa kedalaman literatur buku ini sangat terasa, sehingga sangat mencerminan bagaimana kedalaman ilmu penulisnya. Berbeda dengan Ali Imran selaku pembicara terakhir, beliau lebih banyak memaparkan penelitian beliau terkait perilaku masyarakat dalam menyikapi berita hoax. “orang-orang yang kelihatan sehari-harinya alim, ternyata juga aktif dalam menyebar hoax” ujarnya. Lebih lanjut, beliau mengatakan ada beberapa alasan mengapa masyarakat cenderung meneruskan berita hoax, yaitu karena berita tersebut didapat dari orang yang dapat dipercaya, mengira berita tersebut benar dan bermanfaat, serta ingin menjadi orang pertama yang tahu.
Terakhir, sesi diskusi. Moderator memberikan kesempatan kepada audience untuk bertanya kepada para narasumber. Di sela-sela diskusi, Gus Nadir mengatakan bahwa memang susah sekali menyadarkan orang-orang yang sudah terjebak ke dalam hoax ini, apalagi kepada orang-orang yang kontra, mereka tetap saja tidak akan percaya sekalipun dibawakan bukti yang sebanyak-banyaknya. “maka inilah tantangan kita, kita tetap harus menjaga kewarasan akal kita, dan kita semua juga punya tanggung jawab untuk menjaga kewarasan bangsa ini” pesan beliau. Alan Juhri (Associate Researcher LSQH UIN Sunan Kalijaga, Mahasiswa IAT semester 6)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Lisan di Era Tulisan ala Walter J. Ong

Sejarah Resitasi Mujawwad al-Qur'an