Sejarah Resitasi Mujawwad al-Qur'an
Sejarah Resitasi Mujawwad al-Qur'an
Tidak banyak data yang ditemukan untuk menjangkau sisi historisitas pembacaan
al-Qur’an dengan lagu. Ada dua teori yang diusung oleh Ibn Mandzur tentang
asal-usul lagu al-Qur’an. Pertama, lagu al-Qur’an berasal dari nyayian budak
kafir yang tertawan ketika perang melawan kaum Muslimin, dan pendapat kedua
menyatakan bahwa itu didapat dari nyayian nenek monyang bangsa Arab, yang
kemudian dipakai untuk melagukan al-Qur’an.
Orientalis John Take atau W. S berasumsi bahwa
lagu dan praktik melagukan al-Qur’an diperoleh dari hasil jiplakan musik gereja
yang digunakan oleh pendeta-pendeta Kristen Qibti. Namun, pendapat ini
disangkal dengan maklumat Nabi Muhammad
berikut ini
حَدَّثَنَا
نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ ، عَنْ بَقِيَّةَ بْنِ الْوَلِيدِ ، عَنْ حُصَيْنِ بْنِ
مَالِكٍ الْفَزَارِيِّ : سَمِعْتُ شَيْخًا يُكَنَّى أَبَا مُحَمَّدٍ يُحَدِّثُ
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اقْرَءُوا الْقُرْآنَ بِلُحُونِ الْعَرَبِ وَأَصْوَاتِهَا ،
وَإِيَّاكُمْ وَلُحُونَ أَهْلِ الْفِسْقِ وَأَهْلِ الْكِتَابَيْنِ ، وَيَجِيءُ
قَوْمٌ مِنْ بَعْدِي يُرَجِّعُونَ بِالْقُرْآنِ تَرْجِيعَ الْغِنَاءِ
وَالرَّهْبَانِيَّةِ وَالنَّوْحِ ، لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ ، مَفْتُونَةٌ
قُلُوبُهُمْ وَقُلُوبُ الَّذِينَ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ
Ibn Mandzur dalam kitab Lisan al-Arab menginformasikan
bahwa orang yang pertama membaca al-Qur’an dengan lagu (alhan) adalah
Ubaidullah bin Abi Bakrah yang kemudian diteruskan oleh Ubaidillah ibn Umar,
dan selanjutnya Sa’id al-Allaf al-Ibadi.
Ibn Qutaibah sebagaimana dipaparkan oleh Labib
as-Sa’id memperinci dengan lebih detail mengenai hal ini. Beliau menyebutkan
bahwa orang yang pertama kali membaca al-Qur’an dengan lagu adalah Abdullah bin
Abi Bakrah. Bacaanya sedih (حزنا) –dengan suara lunak dan belum ada unsure lagu menyanyinya (الغناء والحداء). Tradisi ini kemudian diwarisi oleh cucunya yang bernama
Ubaidillah bin Umar bin Abdullah yang mempunyai murid bernama Sa’id al-‘Allaf.
Pada saat itu khalifah Harun ar-Rasyid terkesan dengan bacaannya, kemudian
beliau memberi hadiah dan mengangkatnya sebagai seorang qari’. Ada beberapa
qari’ yang berasal dari suku Haitsam, Aban, Ibn A’yun, dan lainya kemudian
memaksukkan lagu-lagu dalam pembacaan tersebut.
Terlepas dari sedikitnya sumber sejarah yang
dapat membuktikanya, pembacaan al-Qur’an bi al-Mujawwad (resitasi mujawwad)
telah menemukan gaya tersendiri dalam melantunkan al-Qur’an. Di Indonesia gaya mujawwad
berkemabang pada permulaan ke 20. Aktor yang berperan dalam hal ini adalah
para haji dan pelajar-pelajar Indonesia yang telah menyelasaikan studi di
Makkah dan kemudian pulang ke Indonesia. Lagu yang mereka bawa dikenal sebagai
gaya Makkawi, sebuah penisbatan kepada tanah kelahiran lagu tersebut.
Diantara qurra’ uang masyhur dala melagukan gaya ini adalah K.H. Arwani
(Kudus), K.H. Sya’rani (Kudus), K.H. Munawwir (Krapyak-Yogyakarta), K.H. Abdul
Qadir (Krapyak-Yogyakarta), K.H.
Damanhuri (Malang-Jawa Timur), K.H. Ma’mun (Serang-Banten), K.H. Muntaha
(Wonosobo), K.H. Azra’i Abdul Ra’uf (Medan).
Pada perkembangan selanjutnya, lagu Mishry
mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Meskipun datang lebih belakang, tetapi
gaya inilah yang kemudian mendominasi resitasi mujawwad dan lebih
berkembang di Indonesia, Ini kisaran tahun 1973 ketika PTIQ (Perguruan Tinggi
Ilmu Qur`an) dan IIQ (Institut Ilmu Qur’an) menjadikan lagu gaya Mishry
sebagai acuan dalam mempelajari al-Qur’an. Sampai-sampai mereka mendatangkan
langsung dari Mesir, seperti Syekh Abdul Qadir Abdul Azhim dan Syekh Sa’id
al-Syarief. Pada waktu yang hampir bersamaan, gaya ini dijadikan sebagai lagu
standar dalam lomba MTQ ( Musabaqah Tilawatil Qur’an), baik tingkat nasional
dan daerah.
Diantara qurra’ yang mahir dalam membawakan gaya ini adalah K.H. Bashori
Alwi (Malang-Jawa Timur), K.H. Muhctar Luthfi (Jakarta), K.H A. Aziz Muslim
(Tegal), K.H. Tb. Mansur Ma’mun (Serang-Banten), K.H. Muhammad Assiry
(Jakarta), K.H. Ahmad Syahid (Bandung).
Dalam peta yang lebih luas, gaya Mishry
adalah yang paling banyak digunakan umat Islam di dunia. Berdasarkan data, ada
kemungkinan dua faktor yang melatar belakangi hal ini. Pertama, berbedaan
madzhab yang dianut oleh kedua lagu itu berasal. Makkah adalah penganut mazhab
Hanbali dan Maliki, yang mengklaim makruh pembacaan al-Qur’an dengan lagu.
Sedangkan Mesir, mayoritas masyarakat bermazhab Hanafi dan Syafi’I yang
memperbolehkan praktik melagukan al-Qur’an. Faktor
inilah yang kemudian menumbuh kembangkan Mesir sebagai negeri gudangnya musisi
dan qurra’ yang professional.
Faktor kedua adalah sosialisasi, sejak tanun
1960, pemerintah Mesir gencar mengirimkan Qurra’ andalan mereka ke
Indonesia dan beberapa negara lainya untuk menyemarakkan bulan Ramadhan. Di
antara mereka yang pernah berkunjung ke Indonesia adalah Syekh Abb al-Basith
Abd Samad, Syekh Tantawi, Syekh Mahmud Mujahid, Syekh Mustafa Ismail, Syekh Abd
al-Hayyi Zahran, Syekh Mahmud Khalil al-Husairi, Syekh Abd al-Qadir Abd
al-Azhim. Qurra’ inilah yang kemudian berkeliling mengunjungi
masjid-masjid di seluruh Nusantara.
Deny, Frederick Matheson. Quran Recitation: A
Traditional of Oral
Performance and Transmission.
Dalam Jurnal Oral Tradition, 1989. 4/1-2.
_ . Recitation of The Qur’an, dalam buku Religion
Tradition
of World: A Journey Through
Africa, Mesi America, North America, Judaism, Christianity, Hinduism, Buddism,
China, and Japan, H. Bryon
Earhart (Ed.), 9San Francisco: Harper, 19930.
Gade M. Anna. “Recitation” dalam Andrew Rippin
(Ed), The Blackwell Companion
to the Qur’an. Oxford: Blackwell Publishing,
2006.
Hitti K.Philip. Sejarah
Ringkas Dunia Arab, terj. Ushuludin Hutagalung &O.D.P
Sihombing
Pustaka Iqra: Yogyakarta, 2001.
Jones, Alan “Orality and Writing in Arabia”,
dalam Jane Dammen Mc Auliffe (ed),
Encyclopedia Of The Qur;an
Vol. III. Leiden-Koln:
Brill, 2001.
Jamil, Ahmad Islamy. Menelusuri Sejarah dan
Tradisi Nagham Al-Qur’an. Dalam
Manzur, Ibn Jamal ad-Din M. bin Mukarram
al-Ansary, Lisan al-Arab Juz 19. Dar
Ihya’ at-Turas
al-Arabiyy:t.p., 630 H.
Mir, Mustansir. “Al-Qur’an dalam Pemikiran dan
Praktik Muslim” dalam
John L. Esposito, Ensiklopedia
Oxford Dunia Islam Modern 5, terj. Eva Y. N., (dkk). Bandung: Mizan, 2002.
Nelson, Kristina. The Art of
Reciting The Qur’an, Cairo: university of exas Pess,
2001.
Said, Labib. Al-Jam’u as-Sauti al-Awwal li
al-Qur’an al-Karim. Cairo: Darul Kitab
Al-‘Arabi Li Al- Thiba’ah Wa
An-Nasyr, 1967.
Salim, Muhsin. Ilmu Nagham Al-Qur’an dan
Belajar Membaca Al-Qur’an dengan
Lagu (Metode SBA TEOTIK). Jakarta: PT. Kebayoran Widya
Ripta, 2004.
Smith, C. Wilfred. Kitab Suci Agama-Agama, Terj.
Dede Iswadi. Bandung:
Teraju, 2005.
Syahin, Ahmad. “Sejarah dan Pengantar Ilmu
Nagham” dalam Muhamaimin Zen dan
Akhmad Mustafid (Ed.). Bunga
Rampai Mutiara Al-Qur’an Pembinaan Qari’ Qari’ah dan Hafidz dan Hafidzah. Jak-sel:
PP. Jami’iyyatul Qura’ wal Huffadz, 2006.
Sumber nya banyak kok tulisannya dikit
BalasHapusLanjutkan hehehe
Hapus