DISKUSI BUKU TEMA-TEMA POKOK AL-QUR'AN KARYA FAZLUR RAHMAN

Tema-Tema Pokok al-Qur' an: Sebuah Kluster Pengembaraan Pemikiran Fazlur Rahman

Sumber: Dokumentasi LSQH

Rabu (28/02), Laboratorium Studi Al-Qur’an dan Hadis (LSQH) UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Mizan Wacana, dan didukung oleh Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadis (ILHA), menggelar sebuah diskusi buku “Tema-tema Pokok Al-Qur’an” di gedung Convention Hall UIN Sunan Kalijaga. Diskusi buku tersebut dimoderatori Lien Iffah Naf’atu Fina dengan menghadirkan Dr. Haidar Bagir, pendiri Gerakan Islam Cinta, Dr. Moh. Nur Ichwan, Koor. Program Doktor Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, dan Prof. Ahmad Syafi’i Ma’arif atau Buya Syafi’i, sebagai murid langsung Fazlur Rahman sebagai tiga narasumber.

“Jika kita membaca Major Themes of The Qur’an tanpa mengetahui penguasaan Fazlur Rahman pada ilmu-ilmu keislaman, kita bisa salah melihat ini sebagai buku yang ditulis oleh seorang Kiai atau Ulama Tradisional,” ungkap Haidar Bagir. Menurutnya, jika ditelisik Fazlur Rahman adalah sosok pemikir yang memulai karirnya dari bidang Filsafat. Ibnu Sina dan Mulla Sadra adalah dua tokoh filsafat yang ditekuni oleh Fazlur Rahman. Kendatipun filsafat memiliki pengaruh pada pemikiran Fazlur Rahman, di sisi lain “Salafisme” Ibn Taimiyah juga memiliki ruang yang mengisi Fazlur Rahman.

Lebih lanjut, Haidar Bagir menjelaskan bahwa Major Themes of The Qur’an adalah salah satu dari magnum opus Fazlur Rahman selain Islam Methodology in History. Selain itu, menurutnya, buku ini adalah kristalisasi dari bekerjanya dua pengaruh yang seakan saling bertentangan di atas, yakni filsafat dan “salafisme” Ibn Taimiyah. “Salafisme dalam pengertian yang canggih (sophisticated),” Haidar Bagir menambahkan. Di akhir penjelasannya, Haidar Bagir menegaskan bahwa buku ini merupakan akhir dari pengembaraan keilmuan Fazlur Rahman.

Berbeda dengan penjelasan Haidar Bagir, Moh. Nur Ichwan lebih mengeksplorasi Fazlur Rahman dari sisi hermeneutikanya. “Fazlur Rahman adalah orang pertama yang memperkenalkan hermeneutika dalam tradisi Islam, mengadopsi istilahnya dan kemudian mengembangkannya. Ia tertarik pada Gadamer, Namun ia juga mengkritiknya karena terlalu subjektif. Lalu, ia mengambil jalan tengah dengan teorinya, double movement,” jelas Ichwan. Ia juga menjelaskan bahwa teori double movement Fazlur Rahman sama halnya seperti qiyas dan ideal moralnya tidak jauh beda dengan maqashid, yaitu untuk sebuah kemaslahatan umat.

Buya Syafi’i, yang pada saat itu menjadi narasumber terakhir, menjelaskan perihal interaksi dirinya dengan Fazlur Rahman antara tahun 1978-1982 di Chicago. Menurutnya, membaca karya Fazlur Rahman itu membutuhkan waktu. Seringkali ia membaca tulisan-tulisan sang mastereo berulangkali, bahkan meskipun ia pernah menjadi murid langsung, untuk dapat memahaminya dengan baik.

Diskusi buku “Tema-tema Pokok Al-Qur’an” adalah salah satu kegiatan yang diprakarsai LSQH UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Mizan Wacana. Menurut Ahmad Rafiq, selaku Direktur LSQH UIN Sunan Kalijaga, diskusi buku bekerjasama dengan Mizan Wacana bukanlah yang pertama kali, melainkan sudah ketiga kalinya. Buku yang pertama kali didiskusikan ialah Islam Tuhan, Islam Manusia karya Dr. Haidar Bagir. Buku kedua adalah Islam karya Fazlur Rahman yang diterjemahkan Mizan dan juga mendatangkan Buya Syafi’i pada saat itu. 

Reporter: Muhammad Wahyudi (Associate Researcher LSQH)

Editor     : ' Ainatu  Masrurin

berita terkait:
www.kabarpas.com/2018/03/02/penerbit-mizan-bersama-lsqh-uin-sunan-kalijaga-gelar-diskusi-buku-karya-fazlur-rahman/
http://iat.uin-suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/27/bedah-buku-tema-tema-pokok-al-quran-magnum-opus-fazlur-rahman
www.nu.or.id/post/read/86722/the-themes-of-the-quran-akhir-pengembaraan-keilmuan-fazlur-rahman